Powered By Blogger

Sabtu, 26 Februari 2011

Budidaya Paprika

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jumlah penduduk yang semakin bertambah menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Salah satu bahan pangan yang menjadi kebutuhan penduduk adalah sayuran. Sayuran menjadi penting dalam kebutuhan pangan penduduk karena menjadi salah satu penyedia gizi berupa serat, vitamin, protein dan lain-lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.

Paprika merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Jumlah kandungan gizi paprika tiap 100 g buah paprika hijau segar dapat dilihat pada pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan Gizi Cabai Paprika dalam Setiap 100 gram Buah Hijau Segar

No.

Jenis zat

Kadar

1

Protein

0,90 g

2

Lemak

0,30 g

3

Karbohidrat

4,40 g

4

Kalsium

7,00 mg

5

Fosfor

22,00 mg

6

Zat Besi

0,40 mg

7

Kalium

11,00 mg

8

Vitamin A

22,00 IU

9

Vitamin B-1

540,00 mg

10

Vitamin B-2

0,02 mg

11

Vitamin C

160,00 mg

12

Niasin

0,40 mg

Sumber : Table of Representative Value of Food Commonly Used in Tropical Countries (1982) dalam Imam Harjono, 1994. Dikutip oleh Heru Prihmantoro dan Y.H. Indriani, 2000.

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa paprika memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, yaitu terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C, serta mineral seperti Ca, Fe, P, dan K.

Di Indonesia, tanaman ini banyak diusahakan di daerah seperti Brastagi, Lembang, Cipanas, Bandung, Dieng, dan Purwokerto. Jika dibandingkan dengan permintaan jenis cabai yang lain, permintaan paprika lebih kecil, luas penanaman paprika terus berkembang seiring dengan permintaan pasar yang terus meningkat. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi paprika adalah melalui intensifikasi lahan dan teknologi budidaya. Teknik budidaya sayuran di dalam greenhouse merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi pada kondisi lahan yang semakin sempit sebagai akibat dari konversi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan pemukiman. Keuntungan yang dapat diperoleh dari teknik budidaya tanaman sayuran di dalam greenhouse antara lain adalah pertumbuhan tanaman terkontrol, produksi tidak bergantung musim, serta harga jual komoditi lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual komoditi yang dibudidayakan secara tradisional di lahan terbuka. Usaha budidaya paprika di Kabupaten Bandung mulai marak sejak tahun 1994. Pada awal usaha ini dilakukan, petani paprika menggunakan modal mereka sendiri. Pada tahun 1997 petani memperoleh kredit dari bank untuk pengembangan usaha budidaya paprika. Di Kabupaten Bandung, usaha ini dapat bertahan selama masa krisis ekonomi. Peluang pasar komoditas paprika baik di pasar global, regional, dan lokal perlu diraih antara lain melalui program-program yang mendukung pengembangan komoditi ini dari mulai pembudidayaannya di lahan petani, pengolahan hasilnya menjadi berbagai produk agroindustri, dan pemasaran produk-produk tersebut.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sejarah Tanaman Paprika

Pada saat ini tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) merupakan salah satu komoditas penting yang dibudidayakan di bawah naungan (protected cultivation). Tanaman paprika berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan dimana banyak spesies telah dibudidayakan beratus tahun sebelum Colombus mendarat di benua tersebut (Alberta, 2004 dan Wien, 1997 dikutip T.K. Moekasan, dkk., 2008 ). Penanaman paprika menyebar ke Eropa dan Asia setelah tahun 1.500-an. Pada awal penyebaran di Eropa, tanaman paprika dibudidayakan di lahan terbuka (outdoor).

3.2 Klasifikasi Tanaman Paprika

Menurut Linnaeus book, Species Plantarium (1753) dikutip oleh Heru Prihmantoro dan Y.H. Indriani (2000), klasifikasi botanis tanaman paprika yaitu :

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Solanales

Familia : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : C. annuum

Varietas : grossum

3.3 Morfologi Tanaman Paprika

Secara morfologi, bagian atau organ-organ penting tanaman paprika adalah sebagai berikut (Bambang Cahyono, 2003) :

1 Batang

Tanaman paprika memiliki batang yang keras dan berkayu, berbentuk bulat, halus, berwarna hijau gelap, dan memilki percabangan dalam jumlah yang banyak. Batang utama tanaman tumbuh tegak dan kuat. Cabang tanaman beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas. Percabangan pada tanaman paprika lebih kompak dan lebih rimbun dibandingkan dengan percabangan pada cabai rawit atau cabai jenis lain.

2 Daun

Daun cabai paprika berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata (tidak bergerigi/berlekuk). Daun merupakan daun tunggal dan memiliki tulang daun menyirip. Kedudukan daun agak mendatar. Daun memiliki tangkai daun yang melekat pada batang atau cabang. Jumlah daun dalam satu tanaman relatif banyak sehingga tanaman tampak rimbun. Daun tanaman paprika memilki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan daun tanaman cabai rawit.

3 Bunga

Bunga cabai paprika merupakan bunga tunggal (soliter) berbentuk bintang, dengan mahkota bunga berwarna putih. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun. Penyerbukan bunga terjadi melalui penyerbukan sendiri (self pollinated), namun dapat juga terjadi penyerbukan secara silang, dengan tingkat keberhasilan sekitar 56%.

4 Buah

Buah akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Buah cabai paprika memilki keanekaragaman bentuk, ukuran, warna, dan rasa. Pada umumnya, buah cabai paprika berbentuk seperti tomat, tetapi dengan permukaan bergelombang lebih bulat dan pendek, atau berbentuk seperti genta besar atau bersegi-segi sangat jelas. Buah paprika berongga pada bagian dalamnya. Ukuran buah bervariasi, ada yang berukuran besar, panjang, atau pendek. Buah berdaging tebal (ketebalan sekitar 0,5 cm), agak manis, dan tidak pedas, walaupun memiliki bau pedas yang menusuk.

5 Biji

Biji cabai paprika terdapat dalam jumlah sedikit, berbentuk bulat tipis, dan berwarna putih kekuning-kuningan. Biji tersusun berkelompok (bergerombol) dan saling melekat pada plasenta. Ukuran biiji cabai paprika lebih besar dibandingkan dengan biji cabai rawit. Biji-biji ini dapat digunakan sebagai bibit dalam perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).

6 Akar

Tanaman cabai paprika memiliki akar tunggang yang tumbuh lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke samping (horizontal). Perakaran tanaman tidak dalam dan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, porous (mudah menyerap air), dan subur.

3.4 Varietas Paprika

Tanaman cabai paprika memiliki banyak varietas, yang masing-masing memiliki keunggulan dalam hal kemampuan berproduksi, bentuk/tipe buah, bobot buah, rasa buah, daya adaptasi terhadap lingkungan, dan ketahanan terhadap serangan hama.

Komoditas paprika pada umumnya dibedakan menurut bentuk , warna, dan ukuran. Pada umumnya bentuk paprika dibagi menjadi dua bentuk, yaitu yang berbentuk blok (blocky) atau lonceng (bell) dan yang berbentuk lonjong (lamujo) (Hadinata, 2004).

Dari segi warna, paprika dibedakan menurut empat warna utama yaitu merah, hijau, kuning, dan orange. Selain warna utama ada juga paprika warna hitam, coklat, putih, dan ungu.

Paprika hijau

Paprika kuning

Paprika orange

Paprika merah

Gambar 1 Jenis Paprika Berdasar Warna Utama (Foto : Rina )


Gambar 2 Jenis Paprika Berdasar Selain Warna Utama (Foto : Rina )

Paprika hitam

Paprika ungu

Paprika putih

Paprika coklat

Selain bentuk dan warna, harga jual buah paprika ditentukan pula oleh ukuran buah. Pada umumnya ukuran buah dibedakan menjadi empat kategori yaitu (Hadinata, 2004) :

1) Kecil, diameter buah 6,5 cm – 8 cm, bobot buah 120 gram – 160 gram

2) Sedang , diameter buah 8 cm – 9,5 cm, bobot buah 160 gram – 200 gram

3) Besar, diameter buah 9,5 cm – 11 cm, bobot buah 200 gram – 250 gram

4) Sangat besar, diameter buah > 11 cm, bobot buah > 250 gram

Ada beberapa kultivar paprika yang saat ini ada di pasaran. Kultivar paprika yang berwarna merah antara lain adalah ‘Edison’, ‘Chang’, ‘Spartacus’, ‘Athena’, dan ‘Spider’, yang berwarna kuning antara lain ‘Sunny’, ‘Capino’, ‘Goldflame’, dan ‘Manzanila’, sedangkan berwarna orange antara lain ‘Magno’ dan ‘Leon’.

3.5 Syarat Tumbuh Tanaman Paprika

Menurut T.K. Moekasan, dkk. (2008), paprika termasuk tanaman semusim yang dapat tumbuh di dataran tinggi dengan ketinggian 700-1.500 m dpl dengan kelembaban udara sekitar 80%. Tanaman paprika dapat tumbuh dengan baik pada tanah mediteran dan aluvial dengan kondisi tanah lempung berpasir atau liat berpasir. Derajat keasaman (pH) yang cocok bagi pertumbuhan tanaman paprika berkisar antara 6,0-7,0; dan pH optimal 6,5.

Tanaman paprika memerlukan temperatur 21°C-27°C pada siang hari dan 13°C-16°C pada malam hari. Tanaman paprika masih dapat tumbuh pada temperatur 30°C, namun pada temperatur 38°C pada siang hari dan 32°C pada malam hari, semua bunga dan bakal buah gugur. Di Indonesia, tanaman ini cocok ditanam di dataran ringgi yang bersuhu 16°C - 25°C (Heru Prihmantoro dan Y.H. Indriani, 2000).

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman cabai paprika adalah sekitar 250mm/bulan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan tanaman mudah terkena penyakit yang disebabkan oleh cendawan ataupun bakteri. Curah hujan yang tinggi menyebabkan pembuahan terhambat karena serbuk sari menjadi tidak berfungsi.

Intensitas sinar matahari yang diperlukan tanaman ini berkisar antara 22% sampai 30% dari intensitas sinar matahari total yang diterima tanaman.

3.6 Budidaya Tanaman

3.6.1 Persemaian

Sebelum ditanam, benih paprika harus disemai terlebih dahulu. Penyemaian benih sebaiknya dilakukan di dalam rumah persemaian yang terpisah dari rumah penanaman. Di dalam rumah persemaian dibuat meja-meja dengan ukuran lebar dan tinggi masing-masing 1 m dengan panjang disesuaikan dengan keadaan tempat.

Menurut Muchjidin Rachmat, dkk. (2006), pelaksanaan penyemaian benih paprika adalah sebagai berikut:

Sterilisasi tempat persemaian

1 Tujuh hari sebelum semai, tempat dan meja persemaian disemprot dengan formalin 3%,

2 Pada tiga hari sebelum semai, tempat dan meja persemaian disemprot dengan fungisida Previcur (1ml/L),

3 Dua hari sebelum semai, baki persemaian, pinset, baki plastik, dan hand sprayer direndam dalan air suam-suam kuku selama 1 jam.

Media persemaian

1 Tiga hari sebelum semai, media persemaian (arang sekam) dijenuhkan dengan larutan fungisida Previcur 1ml/L dan ditutup menggunakan mulsa selama tiga hari,

2 Benih paprika direndam di dalam air suam-suam kuku selama 30 menit lalu ditiriskan di atas bak plastik,

3 Setelah tiga hari media persemaian dimasukkan ke dalam baki persemaian lalu dibasahi dengan air bersih

4 Pada media semai dibuat lubang semai dengan jarak 2 cm tiap lubang untuk perkembangan benih dengan menggunakan pinset.

5 Benih paprika yang sudah direndam dengan air hangat, ditempatkan satu per satu pada setiap lubang semai sedalam 0,5 cm menggunakan pinset dengan bakal tunas (lembaga) harus menghadap ke bawah

6 Benih dalam baki persemaian ditutup dengan menggunakan kertas tisu. Kertas tisu disemprot dengan air bersih menggunakan penyemprot tangan. Selanjutnya benih disimpan dalam meja persemaian pada suhu 20°C-25°C dengan kelembaban udara 70%-90%. Jika suhu panas, meja persemaian terlalu tinggi dengan kelembaban udara rendah maka lemari persemaian disemprot dengan air bersih. Kelembaban kertas tisu dan media semai diperiksa setiap hari jika kelembaban kurang maka media disemprot dengan menggunakan air bersih

7 Pada umur 5-7 hari setelah semai (HSS), pada umumnya benih telah berkecambah yang ditandai dengan tumbuhnya tunas pada lembaga. Kertas tisu dibuka dan lampu pada meja persemaian mulai dibuka.

8 Pada umur 10-12 HSS setelah bibit tumbuh rata (mempunyai dua helai daun), baki persemaian dikeluarkan dari rak dan diletakkan di tempat terbuka. Bibit kemudian dibiarkan beradaptasi dengan lingkungan selama 2-3 hari. Penyiraman bibit dengan air bersih dilakukan dengan menggunakan hand sprayer.

3.6.2 Persiapan Tanam

Menurut T.K. Moekasan, dkk. (2008), media tanam untuk tanaman paprika yang umum digunakan pada saat ini adalah arang sekam. Wadah tanam paprika berupa polybag diameter 30 cm atau berupa slab (bantalan) dengan panjang 0,8 m dan lebar 0,25 m. Pada setiap slab dibuat dua lubang tanaman dengan jarak 30 cm, 40 cm atau 50 cm.

Lantai greenhouse harus dilapisi mulsa plastik hitam perak. Sebelum tanam perlu dilakukan sterilisasi lahan dengan tahapan sebagai berikut :

1 Dinding greenhouse dicuci dengan air bersih menggunakan power sprayer, selanjutnya disemprot dengan menggunakan desinfektan.

2 Atap plastik dicuci bersih dengan menggunakan air sabun.

3 Peralatan fertigasi (selang Polyetilene) direndam dalam larutan HNO3 (1ml/L) selama 24 jam untuk membersihkan sisa-sisa pupuk, selanjutnya dicuci bersih dengan menggunakan air sabun dan dibilas air bersih.

4 Benang-benang atau tali plastik penyangga tanaman paprika yang sudah lapuk harus diganti dengan yang baru.

3.6.3 Penanaman

T.K. Moekasan, dkk. (2008), menyebutkan bahwa sebelum dilakukan penanaman, polybag atau slab diisi dengan arang sekam kemudian diletakkan di dalam greenhouse dengan alas bata merah atau batako. Sehari sebelum penanaman, dilakukan penjenuhan media tanam dengan pupuk AB Mix pH 5,8 dan EC 2. Media tanam dibasahi dengan larutan pupuk tersebut hingga merata. Penanaman dilakukan pada sore hari sekitar pukul 17.00, karena pada saat itu suhu dalam greenhouse sudah relatif rendah sehingga tanaman tidak layu.

Bibit paprika dapat dipindahkan untuk ditanam di greenhouse setelah memiliki 5-8 helai daun atau sekitar enam minggu setelah semai. Jarak antar polybag yang digunakan adalah 1,2 m x 0,5 m. Selain menggunakan polybag dengan diameter 30 cm, penanaman paprika dapat pula dilakukan di dalam slab dengan panjang 1 m dan lebar 0,25 m dan di setiap slab dibuat lubang tanaman dengan jarak 50 cm. Masing-masing lubang tanaman ditanami dua tanaman paprika.

3.6.4 Pemeliharaan Tanaman

Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka tanaman paprika perlu dipangkas (T.K. Moekasan, dkk. 2008). Pada umur tanaman sekitar 1-3 minggu setelah tanam (MST), tanaman paprika biasanya membentuk dua sampai tiga cabang. Pada titik ini dipilih dua cabang/batang utama yang dipelihara dalam satu tanaman. Biasanya tanaman dapat mencapai sampai 4 m tingginya sehingga diperlukan tali untuk menyangga agar tanaman tetap tegak berdiri. Pemangkasan tunas air atau sering disebut pewiwilan juga dilakukan. Pemangkasan juga dimaksudkan untuk memperbaiki sirkulasi udara sekitar tanaman dan membantu mengurangi serangan penyakit. Pemangkasan tunas air dilakukan satu sampai dua minggu sekali tergantung keadaan tanaman.

Walaupun budidaya tanaman paprika sudah dilakukan di dalam greenhouse yang menggunakan kasa pada tiap sisinya, hama dan penyakit masih tetap ada dan menyerang tanaman paprika yang tumbuh di dalamnya. Hama yang banyak menyerang tanaman paprika adalah thrips. Pengendalian hama tersebut dapat dilakukan dengan pemasangan perangkat lekat berwarna kuning atau biru. Jika serangan hama tetap ada dapat dilakukan pengendalian secara mekanik, yaitu dengan mengumpulkan serangga hama tersebut secara manual. Untuk mencegah serangan penyakit, menjaga kebersihan kebun merupakan salah satu faktor utama. Jika serangan hama dan penyakit tetap ada baru dilakukan pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan insektisida.

Menurut T.K. Moekasan, dkk. (2008), pemberian air dan pupuk yang diberikan secara bersamaan disebut sistem fertigasi. Agar perolehan hasil pertumbuhan tanaman optimal, fertigasi harus difokuskan pada pemberian air dan pupuk yang dibutuhkan sesuai dengan tahap perumbuhan tanaman. Fertigasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan budidaya paprika.

Pada umumnya ada dua sistem fertigasi yang digunakan petani paprika Indonesia, yaitu sistem fertigasi manual dan sistem fertigasi tetes (drip fertigation system). Pada sistem fertigasi manual, pemberian larutan pupuk dilakukan dengan cara menyalurkan larutan pupuk tersebut ke dalam polybag satu per satu secara manual menggunakan selang atau gayung. Pada sistem fertigasi tetes, pemberian larutan pupuk secara otomatis disalurkan melalui pipa-pipa dan selang Polyetilene dengan bantuan pompa air atau gaya gravitasi ke dalam tiap polybag atau slab.

Di tingkat petani, frekuensi fertigasi dalam satu hari disesuaikan dengan kondisi cuaca. Pada kondisi panas dan tidak ada hujan, umumnya 4-5 kali dalam satu hari, sedangkan pada kondisi hujan dan mendung sebanyak 3-4 kali.

Banyaknya volume fertigasi pada tanaman paprika tergantung pada umur tanaman. Menurut T.K. Moekasan (2003), volume fertigasi pada tanaman paprika pada fase vegetatif (1-< 6 MST) rata-rata adalah sebanyak 600 ml/tanaman/hari. Pada fase berbunga dan mulai berbuah (6-8 MST) volume fertigasi yang diberikan adalah sebanyak 900 ml/tanaman/hari, sedangkan fase pematangan buah sampai panen adalah sebanyak 1.500 ml/tanaman/hari.

Dalam pengelolaan fertigasi, dua faktor yang perlu diperhatikan adalah EC dan pH larutan fertigasi. EC atau Electro Conductivity berarti penghantaran listrik di dalam suatu larutan. Nilai EC merupakan indikator kepekatan hara dalam suatu larutan dan satuan ukurannya mS/cm (atau mmho/cm). Nilai EC yang digunakan untuk tanaman paprika tergantung pada tingkat pertumbuhan paprika tersebut. Tanaman kecil yang relatif belum membutuhkan hara yang banyak, biasanya diberi EC 1 dan mulai membesar diberi EC 1,2-1,5. Bila lebih besar lagi diberi EC 1,8-2 atau lebih tinggi lagi. Untuk tanaman paprika, sering ditingkatkan menjadi 2,5-3. Aturan umum dalam pengelolaan tingkat garam terlarut di daerah perakaran adalah EC keluar tidak boleh lebih daripada EC masuk. Apabila perbedaan EC masuk dan EC keluar sudah melebihi 1, maka dilakukan pencucian media tanam dengan menggunakan larutan nutrisi EC yang lebih rendah misalnya dengan EC 1 atau 1,2 (Alberta, 2004 dikutip Nikardi Gunadi, dkk. 2006).

pH adalah kadar keasaman dan garam alkali dalam air dan terukur dalam skala 0 sampai 14. Makin rendah nilai pH menandakan makin asam suatu larutan dan makin tinggi pH menandakan makin basa atau alkali suatu larutan. Nilai pH normal suatu larutan adalah 7, namun pH optimum untuk suatu larutan nutrisi agar dapat tersedia bagi tanaman adalah 5,5 sampai 6.

Seperti tanaman lainnya, tanaman paprika juga memerlukan unsur hara makro dan mikro untuk pertumbuhannya dan memberikan hasil panen yang baik. Jumlah unsur hara yang diberikan pada dasarnya harus berada dalam keadaan cukup dan seimbang agar tingkat hasil tanaman yang diharapkan dapat tercapai. Pemberian nutrisi untuk tanaman paprika yang direkomendasikan oleh Alberta dan Morgan & Lennard disajikan pada Tabel 2.


Tabel 2 Rekomendasi Pemberian Nutrisi untuk Tanaman Paprika

Unsur Hara

Alberta (2004)

(ppm)

Morgan & Lennard (2000)

Tanaman semaian (ppm)

Tanaman muda (ppm)

Tanaman berbuah (ppm)

Nitrogen (N)

200

93

181

239

Fosfor (P)

55

15

58

81

Kalium (K)

318

96

217

349

Kalsium (Ca)

200

96

171

72

Magnesium (Mg)

55

12

48

81

Besi (Fe)

3

4,9

4,9

4,9

Mangan (Mn)

0,5

1,97

1,97

1,97

Kopper (Cu)

0,12

0,25

0,25

0,25

Molybdenum (Mo)

0,12

0,05

0,05

0,05

Seng (Zn)

0,2

0,25

0,25

0,25

Boron(B)

0,9

0,7

0,7

0,7

Sumber : Alberta(2004); Morgan dan Lennard (2000) dikutip Nikardi Gunadi, dkk. (2006)

Pada saat ini, nutrisi untuk tanaman paprika sudah tersedia di pasaran dalam bentuk paket yang terdiri dari dua campuran pupuk yaitu A dan B sehingga sering disebut juga AB Mix. Campuran pupuk ini terdiri atas dua bagian, yaitu pekatan A dan B. bagian A mengandung unsur Ca, sedangkan bagian B mengundang unsur sulfat dan fosfat. Oleh karena itu, bagian A dan B tidak boleh dicampur dalam keadaan larutan pekat. Jika bagian A dan B dalam keadaan larutan pekat dicampurkan, maka ketiga unsur tersebut akan bersenyawa membentuk endapan, sehingga akan terjadi penyumbatan pada saluran fertigasi. Di pasaran, pupuk untuk hidroponik dijual dalam bentuk paket A dan B. Bobot masing-masing paket tersebut untuk tiap merk dagang berbeda-beda. Namun pada umumnya satu paket pupuk pekatan A dan B, masing-masing untuk diencerkan dalam 90 liter air, larutan ini disebut larutan pekat. Untuk mendapatkan larutan nutrisi siap siram dari masing-masing larutan pekat tersebut diambil 5 liter, selanjutnya diencerkan dengan 990 liter air (T.K. Moekasan, 2003).

3.6.5 Panen dan Pasca Panen

Waktu panen tanaman paprika tergantung pada kondisi pertanaman, biasanya tanaman paprika dapat dipanen mulai umur 2 sampai 2,5 bulan dengan buah paprika masih hijau. Paprika warna hijau ini bila dibiarkan akan terus menjadi buah paprika yang berwarna merah, kuning, orange, tergantung pada varietasnya.

Menurut Hadinata (2004), paprika hendaknya dipanen pada pagi hari ketika suhu udara di dalam rumah kasa masih rendah dan kelembaban udara masih cukup tinggi. Pada umumnya buah dipanen ketika persentase warnanya sudah mencapai 80-90%. Pemanenan hendaknya menggunakan pisau atau gunting tajam, yang sebelum digunakan dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan susu skim. Pemotongan tangkai harus dilakukan secara hati-hati agar tangkai buah tidak cacat, karena hal itu akan menurunkan kualitas buah. Kulit buah paprika tidak boleh tergores oleh gunting, pisau atau benda lain. Setelah itu buah diletakkan di dalam keranjang. Bekas potongan tangkai buah diolesi dengan larutan fungisida untuk mencegah masuknya penyakit. Setelah dipanen buah diletakkan di tempat yang teduh sebelum dibawa ke tempat penanganan pascapanen.

Penanganan pascapanen paprika meliputi kegiatan sortasi, grading, pencucian, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. Sortasi merupakan kegiatan untuk memisahkan buah cabai paprika yang sehat dari buah paprika yang rusak (cacat) karena serangan hama dan penyakit. Selain itu, sortasi juga diperlukan untuk memisahkan buah cabai paprika berdasarkan keseragaman ukuran maupun tingkat kerusakannya. Dari hasil sortasi tersebut kemudian dilakukan pengelompokan buah paprika menjadi beberapa kelas mutu.

Pembersihan atau pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan Neutral Cleaner Brogdex. Setelah pencucian, buah paprika dikeringkan menggunakan lap halus.

Pengemasan paprika dapat menggunakan keranjang bambu, karton, kantong jala atau karung goni. Sebelum dimasukkan ke dalam kemasan, paprika sebaiknya dikemas terlebih dahulu dalam kantong plastik Polyethylene berukuran satu kilogram yang telah dilubangi. Jika paprika akan dikirim ke tempat yang jauh sebaiknya menggunakan kendaraan berpendingin (7°C-12°C) agar kesegaran buah tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA


Bambang Cahyono. 2003. Cabai Paprika, Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.

Faisal Sukma P. 2005. Laporan Praktek Kerja Lapangan Budidaya dan Pemasaran Paprika (Capsicum annuum var grossum) Secara Hidroponik Substrat dengan Sistem Irigasi Tetes. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Faisal Sukma P. 2010. Laporan Budidaya Paprika PT. Momenta Agrikultura. Lembang.

Nikardi Gunadi, T.K. Moekasan, L. Prabaningrum, H.de Putter, dan A. Everaarts. 2006. Budidaya Tanaman Paprika (Capsicum annum var. grossum) di Dalam Rumah Plastik. Balitsa bekerjasama dengan APR, Wageningen University and Research Center, The Netherlands. Lembang.

Hadinata, T. 2004. Standar Mutu Paprika. Makalah disampaikan dalam Seminar “Potensi dan Kendala Budidaya Tanaman Paprika di Rumah Plastik” oleh Balai Penelitian Sayuran di Aula Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang-Bandung, Sayuran nelitian aya adipada tanggal 18 Desember 2004.

T.K. Moekasan. 2003. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Semi Hidroponik. Makalah yang disampaikan pada acara Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian yang diselenggarakan oleh BPTP Jakarta pada tanggal 23 Desember 2003, di BPTP Jakarta.

T.K. Moekasan, L. Prabaningrum, N. Gunadi. 2008. Budidaya Paprika di Dalam Rumah Kasa Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Balitsa. Lembang.

Heru Prihmantoro dan Y. H. Indriani. 2000. Paprika Hidroponik dan Non Hidroponik. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Muchjidin Rachmat, Rusli Nyak H., Nikardi Gunadi, T.K. Moekasan, L. Prabaningrum, Anas D. Susila, Yogawati D. Agustini, Enung Hartati S., Siregar Irma, Novia Yosrini, Popy Suryani S., Adityo Utomo, Dadan Hidayat, Mimin Pakih, Pidio Leksmono, Wawan Suherman, Nono Suryono, Andi Permadi, Asep Tisna, Citra, Suplihaz, Dedin. 2006. Standar Prosedur Operasional (SPO) Paprika di Greenhouse. Departemen Pertanian.

Zulkarnain. 2009. Dasar-Dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar