Pada mulanya bertanam sayur di
pekarangan hanya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga dengan
memanfaatkan halaman rumah yang tersisa, sehingga kegiatan ini banyak
dikembangkan di pedesaan. Namun saat ini budaya bertanam sayuran di pekarangan
ternyata juga disukai kalangan ibu rumah tangga di daerah perkotaan. Kegiatan
ini cukup bermanfaat terutama jika kebutuhan sayuran yang mendesak. Daerah
perkotaan ada yang sama sekali tidak memiliki lahan pekarangan maka bertanam
sayuran dapat dilakukan di dalam pot atau dilakukan secara vertikultur. Dalam
pemanfaatan pekarangan menjadi taman sayuran aspek budidaya dari tanaman tetap
harus diperhatikan. Dengan demikian tujuan dari pemanfaatan pekarangan berapa
pun luasannya akan memberikan hasil yang optimal. Taman sayur merupakan contoh
taman yang multifungsi. Di satu sisi tampilannya cukup memberikan kesan dan
ketika dipanen dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Bahkan jika jumlahnya
cukup banyak bisa dijual yang akan memberikan keuntungan ekonomis. Dengan
taman sayur di pekarangan kita ikut mendukung gaya hidup hijau yang merupakan
suatu usaha untuk mengatasi laju pemanasan global yang bisa kita mulai dari
rumah kita. Dengan demikian kualitas udara di sekitar rumah kita menjadi lebih
baik. Pada tahun 2002, konsumsi sayuran di Indonesia diperkirakan sekitar 59,2
kg/kapita/tahun. Usaha bertanam sayuran di halaman masih sangat diperlukan.
Bagi masyarakat di pedesaan, bukan saja untuk memenuhi kebutuhan sendiri,
melainkan juga untuk menambah penghasilan keluarga, karena hasil panen dapat
dijual ke pasar. Kegiatan bertanam sayur di pekarangan saat ini telah menjadi
alternatif penyaluran hobi yang banyak dilakukan ibu rumah tangga di kota.
Vertikultur dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman
secara vertikal sehingga penanaman dilakukan secara bertingkat. Teknik budidaya
ini tidak memerlukan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan pada rumah yang
tidak memiliki halaman sekalipun. Pemanfaatan teknik vertikultur ini
memungkinkan untuk berkebun dengan memanfaatkan tempat secara efisien. Secara
estetika, taman vertikultur berguna sebagai penutup pemandangan yang tidak
menyenangkan atau sebagai latar belakang yang menyuguhkan pemandangan yang
indah dengan berbagai warna. Dalam perkembangan selanjutnya, teknik vertikultur
juga dimanfaatkan untuk bercocok tanam di pekarangan yang sempit bahkan tidak
memiliki pekarangan sedikit pun. Bercocok tanam secara vertikultur sebenarnya
tidak berbeda dengan bercocok tanam di kebun maupun di ladang. Mungkin sekilas
bercocok tanam secara vertikultur terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat
sederhana. Tingkat kesulitannya tergantung dari model yang digunakan. Model
yang sederhana, mudah diikuti dan dipraktekan. Bahkan bahan-bahan yang
digunakan mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan oleh ibu-ibu rumah tangga.
Model vertikultur yang digunakan adalah model sederhana. karena berbagai
pertimbangan yaitu, model sederhana mudah dilakukan dan cocok digunakan untuk
menambah semarak pekarangan. Dan juga, model sederhana cocok digunakan atau
dipraktekan oleh pemula. Jenis tanaman yang akan digunakan dalam praktik
budidaya secara vertikultur ini adalah jenis tanaman sayur seperti sledri,
bawang pre, selada, sawi, bawang merah, kangkung, bayam merah, kol bunga, cabe,
tomat, melon dan tanaman rimpang-rimpangan sebagai apotek hidup (jahe, kunyit,
kencur, laos).
Kelebihan sistem pertanian
vertikultur: (1) efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih
banyak dibandingkan sistem konvensional, (2) penghematan pemakaian pupuk dan
pestisida, (3) kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil, (4) dapat
dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu, (5)
mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman, dan (6) adanya atap plastik
memberikan keuntungan (a) mencegah kerusakan karena hujan, (b) menghemat biaya
penyiraman karena atap plastik mengurangi penguapan. Kekurangannya adalah (1)
rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat
tingginya populasi tanaman adanya atap plastik, (2) investasi awal cukup
tinggi, (3) system penyiraman harus continue, dan diperlukan beberapa peralatan
tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman.
Teknik budidaya secara vertikultur
tidak bisa ditanami oleh semua jenis tanaman. Hanya tanaman-tanaman tertentu saja
yang bisa ditanam di sana. Ciri-ciri
tanaman yang bisa ditanam secara vertikultur adalah memiliki akar serabut
(perakaran rendah) dan tajuk tidak begitu lebar. Jenis tanaman yang dapat
ditanam dengan sistem ini sangat banyak, misalnya tanaman buah dan sayur
semusim (sawi, selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan lain-lainnya),
juga bunga seperti anggrek, bougenville, mawar, melati, azelea dan kembang
sepatu yang diatur tingginya dengan pemangkasan.
Cara penanaman tergantung pada
jenis tanamannya. Ada yang dapat ditanam langsung di wadah vertikultur, ada
yang harus disemai dulu baru ditanam, dan ada yang harus disemai kemudian
disapih dan baru ditanam di wadah. Pesemaian dibutuhkan oleh tanaman yang
berbiji kecil, misalnya sawi, kubis, tomat, cabai, terong, lobak, selada dan
wortel. Untuk tanaman yang bernilai ekonomis tinggi dan membutuhkan perawatan
yang agak khusus, misalnya paprika, cabai hot beauty atau cabai keriting dan
tomat buah dilakukan cara penanaman yang terakhir.
Teknik vertikultur bisa dikembangkan dengan menggunakan rak,
menyusun batako di pojok tembok atau lainnya. Sementara, sebagai wadah tanaman,
bisa digunakan gelas plastik dari air kemasan, botol bekas sampai kemasan
tetrapak. Banyak tanaman bisa ditumbuhkan dengan teknik ini, tidak rusak juga.
Untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman, bisa digunakan campuran tanah dengan
kompos cacing dengan perbandingan 3:1. Pemeliharannya mudah, cukup dengan
disemprot air. Dengan teknik vertikultur, maka setiap rumah tangga bisa
memproduksi sayuran organik secara mandiri. Selain itu, kesehatan juga bisa
diupayakan dengan herbal yang ditumbuhkan sendiri. Rumah juga lebih indah
berkat tanaman hias (Kompas, 1 Desember 2011).
Alat yang diperlukan adalah sebagai berikut :
- gergaji/parang
- palu
- paku
- tang
- gunting
- cangkul
- sekop
- gembor
- kayu
Bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut :
- pralon, bambu, talang, atau papan
- kaso
- reng
- plastik bening
- pupuk kandang
- tanah gembur
- sekam, serutan, atau gergaji kayu
- kotak semai untuk benih
Banyak sedikitnya alat dan bahan yang digunakan bergantung
pada bangunan dan model wadah yang akan kita pilih. Ukuran panjang-pendek,
tinggi-rendah, serta besar kecilnya tergantung lahan yang kita miliki. Kalau
kita ingin membuat, sebaiknya diserahkan tukang kayu, karena biasanya begitu
melihat gambar, mereka sudah bisa memperkirakan ukurannya sesuai dengan
keinginan kita.
Untuk kesempatan kali ini, secara khusus akan dijelaskan
wadah tanaman dan pralon bulat dengan posisi berdiri. Wadah ini bisa diletakkan
di mana saja asal kena sinar matahari. Bisa untuk menanam sayur, tanaman hias
ataupun anggrek. Wadah ini sangat cocok untuk lahan yang sangat terbatas dan
apabila pandai mengaturnya bisa menjadi satu karya seni yang indah.
Di toko material biasa dijual pralon batangan. Setiap batang
berdiameter 4 (empat) meter. Belilah pralon yang tidak terlalu tebal. Siapkan
gergaji besi, penggaris atau meteran, lampu teplok, kayu bulat, dan sarung
tangan. Untuk mempermndah bisa juga ditambahkan cat dengan warna sesuai selera.
Cara
Pembuatannya:
-
Ukur terlebih dulu jarak lubangnya, misalnya 10 sampai dengan 15 cm.
-
Tandai silang dengan pensil sepanjang 10 cm.
-
Dari batas 10 cm tersebut ukur naik 10 cm.
-
Lakukan seterusnya sehingga sampai ujung pralon.
-
Gergajilah setiap tanda silang dengan lebar 10 cm.
-
Siapkan lampu teplok.
-
Pralon yang sudah digergaji dipanaskan dengan lampu teplok.
-
Bila sudah agak lembek, cepat tekan ke dalam dengan besi atau kayu bulat.
-
Bagian atas ditekan ke dalam untuk menahan tanah / akar tanaman.
-
Bagian bawah ditekan keluar.
-
Agar bisa berdiri tegak, bagian bawah bisa di cor permanen atau bisa pula
diberi pemberat semen dengan wadah kaleng atau pot.
Setelah lubang tanam selesai dibuat, siapkan gembur, pasir,
dan kompos dengan ukuran 1 : 1 : 1 dan bisa ditambahkan pupuk urea. Biarkan
selama lebih kurang 1 minggu dengan setiap kali disiram air dari lubang atas.
Pada dasarnya semua tanaman bisa ditanam wadah pralon.
Namun, sebaiknya hal itu dilakukan untuk tanaman yang tingginya kurang dari
satu meter. Untuk tanaman yang tidak membutuhkan banyak air dan banyak sinar
matahari, bisa ditanam di lubang atas dan perlu banyak air di bagian bawah.
Misalnya di bagian atas cabai, di tengah seledri, dan bawah ginseng atau katuk.
Kita harus pula sering menambahkan kompos atau tanah gembur
di setiap lubang apabila media tanahnya berkurang. Apabila Anda punya sisa-sisa
pralon bekas membangun rumah, jangan dibuang. Itu bisa dijadikan menjadi wadah
tanam yang indah dan unik.
Selain pembuatan lubang pralon seperti di atas bisa juga
pralon dibuat lubang bulat-bulat kecil dengan cara dibor mengelilingi pralon.
Untuk model ini sebaiknya menggunakan media yang ringan seperti sekam atau
serutan yang sudah steril.
PEMELIHARAAN TANAMAN
A.
Pemupukan
Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah pupuk organik misalnya
pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk bokashi yang menggunakan teknologi mikroorganisme
4 (EM4) atau simbal. Ir. Joko Purnomosidi dari Dinas Pertanian DKI Jaya
menyarankan agar buah tidak mudah rontok sebaiknya menggunakan KCL satu sendok
teh atau sendok makan tergantung besar kecilnya pohon. Pemberian KCL sebaiknya
setiap 5 sampai 6 bulan sekali.
Di perkotaan, pupuk kandang atau kompos harganya menjadi mahal. Kalau kita mau
irit/berhemat, kita bisa membuatnya sendiri. Limbah dapur atau daun-daun kering
bisa kita manfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi (lihat artikel resep
bokashi).
Pupuk bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami,
sampah organik, pupuk kandang, dan lain-lain) dengan teknologi EM yang dapat
digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam beberapa hari dan
bisa langsung digunakan sebagai pupuk.
Pupuk Bokashi sangat benguna sebagai sumber pupuk organik
yang siap pakai dalam waktu singkat. Bahan-bahannya juga mudah didapat dan
sekaligus baik untuk kebersihan lingkungan karena memanfaatkan limbah pertanian
atau limbah rumah tangga, seperti jerami, pupuk kandang, rumput, pupuk hijau,
sekam, dan serbuk gergaji.
Kalau di daerah pedesaan, biasanya sampah atau kotoran hewan
dimasukkan ke sebuah lubang. Kalau lubangnya sudah penuh, sampah dibakar dan
sebagai pupuk. Dengan catatan, pupuk buatan kotoran hewan yang akan digunakan
hendaknya sudah tidak berbau busuk. Dewasa ini di swalayan-swalayan banyak
dijual pupuk kandang yang sudah kering, tidak berbau, dan steril. Dewasa ini
masyarakat mulai banyak mempertimbangkan mengkonsumsi hasil panen yang Iebih
sehat cara penanamannya, yakni yang menggunakan pupuk dan pengendalian hama
alami. Meski lebih mahal tetap dibeli karena dirasa lebih aman dikonsumsi untuk
kesehatan.
B. Pengendalian Hama
Saat ini banyak dijual racun pestisida yang menggunakan
bahan kimia. Sayuran yang penampilannya tampak cantik, segar dan bersih kadang
kala malah berbahaya untuk dikonsumsi, karena banyak menggunakan pestisida
kimia. lni bisa membahayakan kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan apabila
kita terpaksa menggunakan bahan kimia harus benar-benar selektif agar tanaman
yang kita usahakan tidak tercemar. Sebaiknya dua minggu sebelum masa panen
jangan menggunakan obat/racun pestisida.
Ada satu masukan dari Suku Dinas Pertanian Jakarta Utara,
yakni Bp. Memed Achmad, ahli pengendali hama penyakit tanaman. Untuk berkebun
di rumah sebaiknya jangan menggunakan bahan kimia. Ditekankan pula jangan
menggunakan furadan untuk membunuh hama yang ada di dalam tanah. Penggunaan
furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari tanaman
kurang lebih selama sebulan. Jadi, sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu
digunakan furadan.
Dalam praktik, penulis menggunakan furadan enam bulan sekali
atau kalau benar-benar terpaksa sekali untuk tanaman keras saja, seperti
belimbing, jeruk, mangga, dan jambu air. Apabila kita menyebarkan furadan di
sekitar tanaman, maka cacing, lipan atau uret yang ada di dalam tanah akan
muncul ke permukaan dan mati. Bangkai-bangkainya jangan dibuang, namun kubur
saja di sekitar tanaman karena bisa menjadi pupuk. Hasilnya ternyata belimbing
dan jeruk saya berbuah lebat.
C.
Panen dan Pasca Panen
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut
akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, slada, kangkung dan sebagainya). Apabila
kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila
kita potong daunnya. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih
lama dan kita bisa panen berulang-ulang.
Selain tanaman sayuran dan obat-obatan, tanaman buah-buahan juga bisa ditanam
secara vertikultur dengan wadah pot atau drum bekas dan rnenggunakan tangga
berjenjang.
Secara teori tanaman buah yang disusun secara vertikultur
tidak bisa menghasilkan buah yang maksimal. Untuk pasca panen kita bisa membuat
aneka macam minuman, sirup dan selai. Apabila kita menanam tomat, selain bisa
dibuat saus tomat, juga bisa dibuat minuman sari buah. Bila tomat dicampur
belimbing, jadilah sari buah tobing (tomat dan belimbing) yang bergizi tinggi,
juga sebagal obat penurun darah tinggi dan penurun kolestrol.
Belimbing wuluh yang sering terbuang-buang bila sedang
berbuah lebat bisa kita buat manisan atau sirop segar. Beberapa kelompok tani
di Jakarta yang sebagian besar anggotanya ibu-ibu rumah tangga, banyak yang
berhasil membuat produksi pasca panen.
Ada pula yang berhasil memproduksi kapsul-kapsul tanaman
obat dan kebun sendiri dan masyarakat di sekitarnya banyak yang terbantu dengan
obat tradisional yang murah dan mujarab. Buah makuto dewo yang penampilannya
seperti jambu bol dan buahnya nempel di pohon, kalau matang berwarna merah tua
awalnya tidak diperhatikan, bahkan dibuang-buang karena tidak enak dimakan.
Kini orang mulai memburu buah tersebut.
Kelemahan petani di daerah adalah penyimpanan dan pengolahan
hasil pascapanen. Seringkali pula mereka tidak melihat dan mempertimbangkan
pemasarannya. Juga petani sering ikut-ikutan. Begitu harga cabai mahal,
semuanya menanam cabai. Akibatnya, hasil panen melimpah, harga anjlok dan petani
merugi. Sebelum menanam sesuatu sebaiknya dipertimbangkan dulu situasi pasar.
Untuk petani yang sukses, langkah mereka justru mencari pasarnya terlebih dulu
baru menanam apa yang dibutuhkan pasar.
Upaya lain agar hasil Pasca Panen punya nilai lebih dan
tahan lama hendaknya dilakukan pengolahan menjadi suatu produk yang mempunyai
nilai lebih. Kelompok Wanita Tani Bunga Lili memanfaatkan buah-buah musiman
untuk dijadikan sirup yang bisa bertahan kurang lebih 3 (tiga) bulan, juga
sirup berkhasiat obat yang mulai digemari masyarakat. Bahan-bahannya
memanfaatkan hasil panen petani yang dijual sangat murah, seperti jahe, sereh,
daun pandan, daun jeruk dan lain-lain.